Kelas Kata Bahasa Indonesia

Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia

Kelas kata (jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan fungsi kata.

Fungsi kelas kata:

  • melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret,
  • membentuk bermacam-macam struktur kalimat,
  • memperjelas makna gagasan kalimat,
  • membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
  • membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain,
  • mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato, pidato, dan diskusi,
  • mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.

Kelas kata bahasa Indonesia terdiri atas:

  • verba
  • adjektiva
  • nomina
  • pronominal
  • numeralia
  • adverbia
  • interogativa
  • demontrativa
  • artikula
  • preposisi
  • konjungsi
  • fatis
  • interjeksi

1. Verba

Berdasarkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan menjadi:

  1. verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum, duduk, dan tidur; 
  2. verba turunan, misalnya:
    • verba dasar + afiks (wajib) menduduki, mempelajari, menyanyi;
    • verba dasar + afiks (tidak wajib) (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci;
    • verba dasar (terikat afiks) +  afiks (wajib) bertemu, bersua, mengungsi;
    • reduplikasi atau bentuk ulang berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais;
    • majemuk cuci mata, naik haji, belai kasih.

Berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi), verba dapat dibedakan menjadi:

  1. verba transitif disertai objek
    • monotransitif, misalnya: menyanyikan lagu, membacakan buku, melukiskan pemandangan;
    • verba bitransitif, misalnya: menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Maju Tak Gentar;
    • verba ditransitif, misalnya: mengembangkan agrobisnis, pendidikan berteknologi tinggi.
  2. Verba intransitive tidak menghendaki adanya objek.

Berdasarkan perilaku sintaksis yaitu sifat verba dalam hubungannya dengan kata lain dalam bentuk frasa (kelompok kata), klausa (anak kalimat), dan kalimat, dengan memperhatikan fungsi, jenis, dan perilaku dalam kalimat.

Berdasarkan fungsi, verba terdiri dari:

  1. verba sebagai objek
  2. verba sebagai subjek
  3. verba sebagai pelengkap
  4. verba sebagai keterangan

Berdasarkan jenis dalam hubungan verba dengan nomina:

  1. Verba aktif subjek sebagai pelaku
  2. Verba pasif sebagai sasaran atau penderita
  3. Verba antiaktif tidak dapat dibentuk menjadi verba aktif
  4. Verba antipasif tidak dapat dibentuk menjadi pasif

2. Adjektiva

Adjektiva ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat, agak, dan paling. Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi:

  1. adjektiva dasar, misalnya: baik, adil, dan boros;
  2. adjektiva turunan, misalnya: alami,baik-baik dan sungguh-sungguh;
  3. adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam:
    • subordinatif jika salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya: panjang tangan, buta warna, murah hati;
    • koordinatif setiap kata tidak saling menerangkan, misalnya:  gemuk sehat , cantik jelita dan aman sentosa.

Contoh:

  1. Adjektiva dasar
    • Kerja yang baik menghasilkan produk yang berkualitas.
    • Pemimpin yang adil akan dihormati oleh semua orang.
    • Karena boros, gaji sebulan habis dalam waktu dua minggu.
  2. Adjektiva turunan
    • Bisnisnya berkembang secara alami.
    • Ia bekerja sungguh-sungguh hingga mencapai target.
  3. Adjektiva paduan kata (frasa)
    • Subordinatif (bertingkat, salah satu kata menerangkan kata lainnya)
      • Orang buta warna tidak dapat melukis dengan sempurna.
      • Mereka makan siang di rumah makan.
    • Koordinatif (gabungan kata atau frasa yang tidak saling menerangkan)
      • Bayi yang gemuk sehat jauh dari penyakit.
      • Gadis cantik jelita itu menjadi bunga di kampusnya.

3. Nomina

Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan: tidak kekasih seharusnya bukan kekasih.

Nomina dapat dibedakan:

  • Berdasarkan bentuknya:
    • nomina dasar:  rumah, orang, burung, dan sebagainya.
    • nomina turunan:
      • Ke-                   : kekasih, kehendak
      • Per                   : pertanda, persegi
      • Pe-                   : petinju, petani
      • Peng-               : pengawas, pengacara
      • -an                   : tulisan, bacaan
      • Peng-an           : penganiayaan, pengawasan
      • Per-an             : perastuan, perdamaian
      • Ke-an               : kemerdekaan, kesatuan
  • Berdasarkan subkategori:
    • nomina bernyawa (kerbau, sapi, manusia) dan tidak bernyawa (bunga, rumah);
    • nomina terbilang (lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda); dan tak terbilang (air laut, awan).

4. Promina

Promina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk mengganti nomina.

Ada tiga macam Promina, yaitu:

  • Promina persona adalah Promina yang mengacu kepada orang. Persona pertama tunggal saya, aku, daku, -ku dan persona jamak kami; persona kedua tunggal engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu, persona jamak kalian,kamu sekalian, anda seklaian; persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya.
  • Promina penunjuk: (a) Promina penunjuk umum ialah, ini, itu, dan anu; (b) Promina penunjuk tempat sini, sana, situ.
  • Promina penanya adalah Promina yang digunakan sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis yaitu: (a) orang siapa, (b) barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa; (c) pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.

Promina berfungsi untuk menggantikan nomina. Nomina yang digantikan disebut anteseden. Berdasarkan hubungannya dengan nomina, Promina dibedakan atas:

  1. Promina intelektual dalam hubungan teks yang sama. Contoh:
    • Rudi sahabat saya. Pekerjaanya mengajar di SMU Negeri 1 Jakarta. Dalam kalimat ini, bersifat anaforis, yaitu penunjukkan kembali kepada suatu anteseden dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, -nya merupakan anafora, Rudi sahabat saya merupaka  anteseden).
  2. Pronomina ekstratekdual dalam hubungan teks yang berbeda. Contoh
    • Saya yang mengerjakannya.
    • Itu telah lama kutunggu.

Pada contoh nomor 2, itu dan –nya bersifat anaforis yaitu, penunjuk kembali kepada suatu anteseden dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, Itu yang telah lama ku-tunggu, merupakan anaphora, dan Saya yang mengerjakannya. Merupakan anteseden.

Berdasarkan referensinya Promina dibedakan atas:

  • Promina takrif (pemberitahuan, pernyataan, penentuan, batasan) mengacu kepada bentuk persona formal tertentu, misalnya: promina pertama tunggal saya, aku, kami, ia, mereka.

Contoh: Pesawat itu baik. Ia selalu menolongku.

  • Promina taktarif (tidak mengacu kepada bentuk persona atau benda tertentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap.

5. Numeralia

Numeralia dapat diklasifikasikanberdasarkan subkategori:

  • Numeralia takrif (tertentu):
    • numeralia pokok ditandai dengan jawaban berapa? Satu, dua, tiga, dst.
    • numeralia tingkat ditandai dengan jawaban Yang ke berapa? dan
    • numeralia kolektif ditandai dengan satuan bilangan, misalnya: lusin, kodi, meter.
  • Numeralia tak takrif (tak tentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap.

6. Adverbia

Adverbia adalah kata yang member keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbial dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya, adverbial mempunyai,

  1. Bentuk tunggal (monomofermis) : sangat, hanya, lebih, segera, agak, dan akan. Misalnya:
    • Orang itu sangat bijaksana.
    • Ia hanya membaca satu buku, bukan dua.
  2. Bentuk jamak (polimofermis) : belum tentu, benar-benar, jangan-jangan, kerap kali, lebih-lebih,mau tidak mau, mula-mula. Misalnya:
    • Mereka belum tentu pergi pada hari ini.
    • Mereka benar-benar mendatangi perpustakaan kampus.

7. Interogativa

Interogativa berfungsi menggantikan sesuatu yang hendak diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahuinya. Contoh: apa, siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kapan.

  • Berapa uang yang kau perlukan?
  • Yang mana rumah orang itu?

8. Demonstrativa

Demonstrative berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar wacana. Sesuatu tersebut disebut anteseden. Contoh: ini, itu, di sini, di situ, berikut, dan begitu.

  • Di sini, kita akan berkonsentrasi menghasilkan karya terbaik kita.
  • Bukti ini merupakan indicator bahwa orang itu berniat baik.

9. Artikula

Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif. Contoh: si, sang, sri, para, kaum, dan umat.

  • Si Kecil itu selalu datang merengek-rengek minta sesuatu.
  • Sang penyelamat akan datang saat kita perlukan.

10. Preposisi

Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbentuk frasa atau kelompok kata.

  1. Preposisi dasar: di, ke, dari, pada, demi, dan lain-lain
    • Contoh: Demi kemakmuran bangsa, mari kita tegakkan hokum dan keadilan.
  2. Preposisi turunan: di antara, di atas, ke dalam, kepada, dan lain-lain.
    • Contoh: Di antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta yang sudah menjadi juara selama dua tahun.

11. Konjungsi

Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana. Konjungsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

  1. Konjungsi intrakalimat: agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dan sebagainya. Contoh:
    • Ia belajar hingga larut malam.
    • Mereka bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan cita-citanya.
  2. Konjungsi ekstrakalimat: jadi, di samping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya, tambahan pula, dan sebagainya. Contoh:
    • Pengusaha itu kaya raya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh tetangga di sekitar rumahnya.
    • Kualitas pendidikan kita tertinggal dari Negara maju. Oleh sebab itu, kita harus bekerja keras untuk mengejar ketinggalan ini.

12. Fatis

Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan. Jenis kata ini lazim digunakan dalam bidang dialog atau wawancara. Misalnya: ah, ayo, kok, mari, nah, dan yah. Contoh:

  1. Kita memilikin kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas kita menjadi produk baru selera dunia. Contoh:
    • Nah, seruan itulah yang aku tunggu-tunggu.

13. Interjeksi

Interjeksi berfungsi untuk mengungkapan perasaan, terdiri atas dua jenis:

  1. Bentuk dasar: aduh, eh, idih, ih, wah, dan sebagainya. Contoh:
    • Aduh, mengapa Anda harus menghadapi masalah seberat itu.
    • Wah, saya merasa amat tersanjung dengan sambutan ini.
  2. Bentuk turunan: alhamdulillah, astaga, brengsek, insya Allah, dan sebagainya. Contoh:
    • Alhamdulillah, ekonomi Negara kita berangsur-angsur membaik.
    • Astaga, gedung itu dibom oleh teroris.

Itulah penjelasan mengenai kelas kata, terima kasih telah membaca dan semoga bermanfaat.

Sumber: Widjono Hs. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: grasindo.